Wednesday, January 16, 2008

Mari Bersholawat dan Beristighfar!!!

Sholawat Al’adzimah

أللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِنُوْرِ وَجْهِ الله الْعَظِيْمِ, الَّذِي مَلأَ أَرْكَانَ عَرْشِ الله الْعَظِيْمِ, وَقَامَتْ بِهِ عَوَالِمُ اللهِ الْعَظِيْمِ, أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ذِي الْقَدْرِ الْعَظِيْمِ, وَعَلَى آلِ نَبِيِّ الله الْعَظِيْمِ, بِقَدْرِ عَظَمَةِ ذَاتِ الله الْعَظِيْمِ, فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ عَدَدَ مَا فِي عِلْمِ اللهِ الْعَظِيْمِ, صَلاَةً دَائِمَةً بِدَوَامِ الله الْعَظِيْمِ, تَعْظِيْمًا لِحَقِّكَ يَا مَوْلاَناَ ياَ مُحَمَّدُ يَاذَا الْخُلُقِ الْعَظِيْمِ, وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ مِثْلَ ذَلِكَ وَاجْمَعْ بَيْنِيْ وَبَيْـنَهُ كَمَا جَمَعْتَ بَيْنَ الرُّوْحِ وَالنَّفْسِ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا يَقَظَةً وَمَنَامًا, وَاجْعَلْهُ يَارَبِّ رُوْحًا لِذَاتِيْ مِنْ جَمِيْعِ الْوُجُوْهِ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ اْلآَخِرَةِ يَا عَظِيْمُ

Istighfar Kabir

أَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمَ, الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّوْمَ, غَفَّارَ الذُّنُوْبِ ذَاالْجَلاَلِ وَالاِكْرَامِ, وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ الْمَعَاصِي كُلِّهَا, وَالذُّنُوْبِ وَاْلآثَامِ, وَمِنْ كُلِّ ذَنْبٍ أَذْنَبْـتُهُ عَمْدًا وَخَطَأً, ظَاهِرًا وَبَاطِنًا قَوْلاً وَفِعْلاً, فِي جَمِيْعِ حَرَكَاتِي وَسَكَنَاتِي, وَخَطَرَاتِي وَأَنْفَاسِي كُلِّهَا, دَائِمًا أَبَدًا سَرْمَدًا مِنَ الذَّنْبِ الَّذِيْ أَعْلَمُ, وَمِنَ الذَّنْبِ الَّذِيْ لاَ أَعْلَمُ, عَدَدَ مَا أَحَاطَ بِهِ الْعِلْمُ وَأَحْصَاهُ الْكِتَابُ, وَخَطَّهُ الْقَلَمُ, وَعَدَدَمَا أَوْجَدَتْهُ الْقُدْرَةُ ,وَخَصَّصَتْهُ اْلاِرَادَةُ, وَمِدَادَ كَلِمَاتِ الله, كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِ رَبِّنَا وَجَمَالِهِ وَكَمَالِهِ, وَكَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى

Tuesday, January 15, 2008


Jeda…

Ä Setiap individu memiliki proses jeda dalam hidupnya.

Saat untuk diam, tapi bukan selesai. Ia akan diteruskan ke suatu tempat yang tak terduga.

Ä Jeda memperjelas antara bagian satu dengan yang lain, dan memperkuat keterkaitan diantaranya.

ÄBagi seorang pembaca, jeda memberikan ruang sejenak untuk mengambil nafas dan merefleksikan serta mencerna apa yang telah dibacanya.

Ä Bagi seorang penulis, jeda adalah momen untuk memikirkan kembali apa yang telah tersirat dan apa yang masih akan tersuratkan.

Ä Jeda adalah ruang hampa sarat makna yang memperindah irama,

Tanpa jeda akan timbul kerancuan dan kekacauan nada.

Ä Jeda bukan terminal akhir, tapi jeda adalah momen untuk sejenak melepas kepenatan, membuang beban yang menghimpit pikiran.

Saat untuk jembali memeriksa dan menambah bekal,

Kemudia melanjutkan perjalanan dengan semangat dan persiapan lebih matang…!!!

Wallohu A’lam Bisshowab


Kurindukan seseorang yang mampu menjadi peneguhku

Dikala semangatku goyah,

urindukan seseorang yang mampu menjadi penyejuk mata dan batinku,,

Saat hatiku resah gelisah…

Tapi, kuharap kerinduan ini…

Tak mampu luluhkan niatku…

tuk gapai mimpi dan harapanku

meraih cinta dan RidhoNYA.

Amiin Ya Mujibassailin…

Banjarmasin, 05 Januari 2008

(Musafir Kelana 29)

Cerpen-SAri

Sari….

Jangan pernah takut jatuh cinta

Karena cinta adalah fithrah

dalam diri tiap manusia…

Cinta mungkin akan menyakitimu

tapi kesakitan itu akan membuatmu terbang melayang…

cinta akan membuatmu menagis

tapi tangisan itu ibarat dentingan melodi di pagi hari

Cinta tak sekadar kata

Cinta adalah untaian aksara penuh makna…

Cinta bukanlah sekadar perasaan

Tapi cinta adalah pengorbanan

Cinta adalah sebuah jalan

Menuju kehidupan penuh warna dan keindahan

Cinta tak harus memiliki

Tapi cinta adalah ketulusan untuk memberi arti

Cinta tak harus berakhir bahagia

Karena cinta memang tidak untuk diakhiri

29 April 2006

Diary…

kemanakah harus kubawa asa ini? Aku benar-benar tlah jatuh cinta kepadanya? Sungguh, aku belum bisa berpaling darinya? Walau dia tlah mencintai orang lain, tapi aku tak bisa membohongi hatiku…

Diary…

Pagi tadi, Nila, soulmate-nya ‘mawarku’ itu bertanya kepadaku “Ndre, kamu diam-diam masih mencintainya?”, “dia takut kamu akan terus mengejar-ngejarnya, sedang dia dah punya pacar lho, dia khawatir sikapmu itu bisa merusak hubunganny!”

Oh..diary

Kemana harus kubawa lari rasa ini, apakah aku sekeji itu, Yang dengan tega merusak kebahagiaan orang yang dicintainya. Tidak sobat, sekali lagi tidak akan. Walau dia mncintai seribu, tapi hatiku tak dapat kubohongi bahwa aku tetap mencintainya, walau itu hanya bayang-bayangnya di kala senja.

Diary…

Maaf aku terlalu capek, banyak tugas fisika, kimia,apalagi mate-matika, lagian bantalku semakin gencar menggodaku. Udah dulu ya, see you next time, bye..bye.. sobat.

Kututup diary merahku, sobat sekaligus tempat kucurahkan semua isi hatiku. Lamat-lamat kudengar suara kentongan dua belas kali. Oh ternyata sudah jam dua belas. Aku pun segera beranjak memeluk gulingku, tak lupa kupanjatkan do’a untuk diriku, keselamatan keluargaku, dan tanpa kulupa kudoakan dia supaya kebahagiaan tiada segan menyelimuti seseorang yang mampu menorehkan goresan cinta di hatiku, Sari.

kriiing…kriiiing, bunyi jam beker menjerit-jerit membangunkanku

“oaahhhh……” sambil menguap kulirik jam bekerku yang setia membangnkanku.

“udah jam tiga, saatnya sholat malam”

Segera kuambil air wudlu lalu sholat tahajud. Dalam sujudku aku berdoa, doa yang selalu rutin kubaca.

“ya Allah seandainya dia benar-benar tidak mencintaiku,

aku ingin dia tahu apa isi hatiku, walau itu hanya sekejap saja

ya muqollibal qulub,

Ya Allah,Tuhan yang mampu membolak-balikkan hati manusia,

Kalau memang aku tak pantas untuk memilikinya,

Ku mohon kikis habislah rasa cintaku kepadanya.

Namun jika dia memang yang terbaik untukku

Dekatkanlah,

Tapi…

Kutahu, Engkau pasti memberi yang terbaik untuk hamba-hambamu”

Tak kuasa air mataku meleleh, membasahi pipiku. Terus terang dalam keheningan malam, aku sering menangis ketika membaca do’a itu. Kalo ada yang mengatakan lelaki yang suka menangis itu cengeng. Terus terang aku setuju, tapi kalo menangis ketika berdo’a, saat menangisi dosa, apa itu juga termasuk cengeng?

Aku terus terjaga hingga waktu subuh tiba, setelah subuh, kubuka buku kimiaku, kubuka bab senyawa dan campuran, lalu kuhafalkan rumus-rumus senyawa. Aneh, dalam pikiranku malah berandai-andai. “wah, seandainya cinta bisa dilarutkan dengan H2SO4 atau dimasukkan larutan NaCl.” Aku pun tertawa sendirian. Ide gila. Dasar?!

Wah tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah dua jam aku belajar. Segera kuambil handuk, lalu bergegas ke kamar mandi, sambi bersiul-siul untuk mengusir rasa dingin . Di dekat dapur aku berpapasan dengan ibuku tercinta.

“hari ini ndak ada ulangan to, kayaknya, lagi seneng-seneng”

“ada Bu, kimia”

“dah belajar?”

“sudah bu, barusan” jawabku cuek

ya udah, sana pergi mandi, nanti keburu bapakmu bangun”

nggih, bu”

Setelah sarapan, aku pun berangkat sekolah. Kukayuh sepedaku dengan semangat empat lima. Entah kenapa setiap berangkat sekolah hatiku selalu riang gembira. Ada angin sejuk yang memasuki rongga dadaku. Entah karena akan bertemu dengan ‘si dia’? Mungkin!

Ketika sampai di perempatan jalan kulihat banyak orang berkerumun. “ada apa sih?” kudekati kerumunan itu. kudengar orang-orang berbisik-bisik. “anak SMA Kusuma Bangsa” kata seseorang. “ha.. itu khan sekolahanku!?”. batinku semakin bertanya-tanya.

“astaga, pak cepat bawa ke rumah sakit pak itu, teman saya pak, cepet pak” teriakku gugup ketika mendapati seorang wanita ditengah kerumunan sedang tergolek lemas berlumuran darah. Wanita yang sangat kukenal. Ya.. dialah Sari, ‘mawarku’, wanita yang mengisi ruang-ruang hatiku. Tapi kenapa dia?

“ini teman mas?” Tanya seseorang

“iya.. iyaa.. pak, dia teman satu kelas saya”

“lebih baik sekarang mas panggil orang tuanya saja, dia sudah meninggal”

innalillahi wainnna ilaihi rojiun, ya.. Allah kenapa begitu cepat Kau panggil dia?

Dengan segera kuhubungi orang tuanya setelah itu aku tak sadarkankan diri.

* * *

Empat puluh hari setelah kematiannya, Nila datang mengantarkan sepucuk surat kepadaku.

“Ndre… ini surat terakhir yang ditulis Sari, sehari sebelum kepergiannya”

“benarkah?” jawabku tak percaya

“sungguh, sebenarnya dia hendak menyerahkannya sendiri kepadamu, namun dia malu”

Dengan tangan gemetar, kubaca baris demi baris surat itu.

Toex: Andre

Cinta ibarat bayang-bayang

Semakin kau kejar,

semakin cepat dia menghindar….

cinta ibarat merpati

Keindahannya akan hilang

jika kita kurung dalam sangkar

cinta mungkin akan menyakitimu dan membuatmu tersiksa

tapi percayalah, dibalik rasa sakit itu

ada kebahgiaan yang setia menunggu

cinta ibarat kupu-kupu

menggoda kita untuk menangkapnya

tapi ia akan lebih indah

jika kita biarkan ia hinggap di taman-taman bunga

tapi keindahan cinta

hanya dapat dirasakan

bagi mereka yang mencinta dengan penuh ketulusan.

Cinta akan bernoda

Jika nafsu telah menyilaukan mata

Jangan ragu-ragu untuk jatuh cinta

Tapi jangan terburu-buru untuk mencinta

Hingga kamu tahu siapakah dia?

Ndre entah kenapa seperti ada suara hati yang membisikiku untuk secepatnya menulis surat ini kepadaku. Dan ketika kau membaca suratku ini, aku tak ingin sikapmu kepadaku berubah. Tetaplah kamu menjadi Andre yang kukenal. Andre yang humoris tapi bijak. Andre yang tak bisa melihat kesedihan orang lain. Andre yang dengan semangat akan memberi bantuan tanpa diminta. Andre yang selalu masuk kelas kelas dengan tawanya yang khas. Andre yang selalu tersenyum kala berpapasan denganku.

Ndre… sebenarnya aku sampai saat ini belum pacaran atau menjalin hubungan dengan siapapun. Karena haiku telah terpaut pada seseorang, yakni dirimu. Tapi, terus terang, aku takut jatuh cinta, aku merasa SMA bukan saat yang tepat untuk menjalin “hubungan” antara seorang pria dan wanita atas nama cinta. Aku takut terjebak dalam cinta monyet yang diselubungi nafsu.

Ndre.. ketika Nila berkata kepadaku bahwa engkau masih mencintaiku, terus terang aku gembira. Tapi aku juga cemas, lalu aku menyuruh Nila berbohong kepadamu kalo aku sudah puya pacar dan memintamu untuk menjauhiku. Tapi sungguh Ndre.. semua itu kulakukan karena aku tak ingin mengotori perasaanku dengan nafsu dan keinginan-keinginan yang akan menambah deret panjang dosa-dosaku.

Maafkan aku Ndre… maaf atas semua khilafku

Jika Tuhan menghendaki, cinta kita akan abadi selamanya.

Pelan-pelan kulipat surat itu. Hatiku bergetar. Dadaku berdebar. Tapi pelan-pelan terluncur kata demi kata dari mulutku.

“Sari…aku mencintaimu hari ini, esok, lusa, selamanya”