Wednesday, January 16, 2008

Mari Bersholawat dan Beristighfar!!!

Sholawat Al’adzimah

أللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِنُوْرِ وَجْهِ الله الْعَظِيْمِ, الَّذِي مَلأَ أَرْكَانَ عَرْشِ الله الْعَظِيْمِ, وَقَامَتْ بِهِ عَوَالِمُ اللهِ الْعَظِيْمِ, أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ذِي الْقَدْرِ الْعَظِيْمِ, وَعَلَى آلِ نَبِيِّ الله الْعَظِيْمِ, بِقَدْرِ عَظَمَةِ ذَاتِ الله الْعَظِيْمِ, فِي كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ عَدَدَ مَا فِي عِلْمِ اللهِ الْعَظِيْمِ, صَلاَةً دَائِمَةً بِدَوَامِ الله الْعَظِيْمِ, تَعْظِيْمًا لِحَقِّكَ يَا مَوْلاَناَ ياَ مُحَمَّدُ يَاذَا الْخُلُقِ الْعَظِيْمِ, وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ مِثْلَ ذَلِكَ وَاجْمَعْ بَيْنِيْ وَبَيْـنَهُ كَمَا جَمَعْتَ بَيْنَ الرُّوْحِ وَالنَّفْسِ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا يَقَظَةً وَمَنَامًا, وَاجْعَلْهُ يَارَبِّ رُوْحًا لِذَاتِيْ مِنْ جَمِيْعِ الْوُجُوْهِ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ اْلآَخِرَةِ يَا عَظِيْمُ

Istighfar Kabir

أَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمَ, الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّوْمَ, غَفَّارَ الذُّنُوْبِ ذَاالْجَلاَلِ وَالاِكْرَامِ, وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ جَمِيْعِ الْمَعَاصِي كُلِّهَا, وَالذُّنُوْبِ وَاْلآثَامِ, وَمِنْ كُلِّ ذَنْبٍ أَذْنَبْـتُهُ عَمْدًا وَخَطَأً, ظَاهِرًا وَبَاطِنًا قَوْلاً وَفِعْلاً, فِي جَمِيْعِ حَرَكَاتِي وَسَكَنَاتِي, وَخَطَرَاتِي وَأَنْفَاسِي كُلِّهَا, دَائِمًا أَبَدًا سَرْمَدًا مِنَ الذَّنْبِ الَّذِيْ أَعْلَمُ, وَمِنَ الذَّنْبِ الَّذِيْ لاَ أَعْلَمُ, عَدَدَ مَا أَحَاطَ بِهِ الْعِلْمُ وَأَحْصَاهُ الْكِتَابُ, وَخَطَّهُ الْقَلَمُ, وَعَدَدَمَا أَوْجَدَتْهُ الْقُدْرَةُ ,وَخَصَّصَتْهُ اْلاِرَادَةُ, وَمِدَادَ كَلِمَاتِ الله, كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِ رَبِّنَا وَجَمَالِهِ وَكَمَالِهِ, وَكَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى

Tuesday, January 15, 2008


Jeda…

Ä Setiap individu memiliki proses jeda dalam hidupnya.

Saat untuk diam, tapi bukan selesai. Ia akan diteruskan ke suatu tempat yang tak terduga.

Ä Jeda memperjelas antara bagian satu dengan yang lain, dan memperkuat keterkaitan diantaranya.

ÄBagi seorang pembaca, jeda memberikan ruang sejenak untuk mengambil nafas dan merefleksikan serta mencerna apa yang telah dibacanya.

Ä Bagi seorang penulis, jeda adalah momen untuk memikirkan kembali apa yang telah tersirat dan apa yang masih akan tersuratkan.

Ä Jeda adalah ruang hampa sarat makna yang memperindah irama,

Tanpa jeda akan timbul kerancuan dan kekacauan nada.

Ä Jeda bukan terminal akhir, tapi jeda adalah momen untuk sejenak melepas kepenatan, membuang beban yang menghimpit pikiran.

Saat untuk jembali memeriksa dan menambah bekal,

Kemudia melanjutkan perjalanan dengan semangat dan persiapan lebih matang…!!!

Wallohu A’lam Bisshowab


Kurindukan seseorang yang mampu menjadi peneguhku

Dikala semangatku goyah,

urindukan seseorang yang mampu menjadi penyejuk mata dan batinku,,

Saat hatiku resah gelisah…

Tapi, kuharap kerinduan ini…

Tak mampu luluhkan niatku…

tuk gapai mimpi dan harapanku

meraih cinta dan RidhoNYA.

Amiin Ya Mujibassailin…

Banjarmasin, 05 Januari 2008

(Musafir Kelana 29)

Cerpen-SAri

Sari….

Jangan pernah takut jatuh cinta

Karena cinta adalah fithrah

dalam diri tiap manusia…

Cinta mungkin akan menyakitimu

tapi kesakitan itu akan membuatmu terbang melayang…

cinta akan membuatmu menagis

tapi tangisan itu ibarat dentingan melodi di pagi hari

Cinta tak sekadar kata

Cinta adalah untaian aksara penuh makna…

Cinta bukanlah sekadar perasaan

Tapi cinta adalah pengorbanan

Cinta adalah sebuah jalan

Menuju kehidupan penuh warna dan keindahan

Cinta tak harus memiliki

Tapi cinta adalah ketulusan untuk memberi arti

Cinta tak harus berakhir bahagia

Karena cinta memang tidak untuk diakhiri

29 April 2006

Diary…

kemanakah harus kubawa asa ini? Aku benar-benar tlah jatuh cinta kepadanya? Sungguh, aku belum bisa berpaling darinya? Walau dia tlah mencintai orang lain, tapi aku tak bisa membohongi hatiku…

Diary…

Pagi tadi, Nila, soulmate-nya ‘mawarku’ itu bertanya kepadaku “Ndre, kamu diam-diam masih mencintainya?”, “dia takut kamu akan terus mengejar-ngejarnya, sedang dia dah punya pacar lho, dia khawatir sikapmu itu bisa merusak hubunganny!”

Oh..diary

Kemana harus kubawa lari rasa ini, apakah aku sekeji itu, Yang dengan tega merusak kebahagiaan orang yang dicintainya. Tidak sobat, sekali lagi tidak akan. Walau dia mncintai seribu, tapi hatiku tak dapat kubohongi bahwa aku tetap mencintainya, walau itu hanya bayang-bayangnya di kala senja.

Diary…

Maaf aku terlalu capek, banyak tugas fisika, kimia,apalagi mate-matika, lagian bantalku semakin gencar menggodaku. Udah dulu ya, see you next time, bye..bye.. sobat.

Kututup diary merahku, sobat sekaligus tempat kucurahkan semua isi hatiku. Lamat-lamat kudengar suara kentongan dua belas kali. Oh ternyata sudah jam dua belas. Aku pun segera beranjak memeluk gulingku, tak lupa kupanjatkan do’a untuk diriku, keselamatan keluargaku, dan tanpa kulupa kudoakan dia supaya kebahagiaan tiada segan menyelimuti seseorang yang mampu menorehkan goresan cinta di hatiku, Sari.

kriiing…kriiiing, bunyi jam beker menjerit-jerit membangunkanku

“oaahhhh……” sambil menguap kulirik jam bekerku yang setia membangnkanku.

“udah jam tiga, saatnya sholat malam”

Segera kuambil air wudlu lalu sholat tahajud. Dalam sujudku aku berdoa, doa yang selalu rutin kubaca.

“ya Allah seandainya dia benar-benar tidak mencintaiku,

aku ingin dia tahu apa isi hatiku, walau itu hanya sekejap saja

ya muqollibal qulub,

Ya Allah,Tuhan yang mampu membolak-balikkan hati manusia,

Kalau memang aku tak pantas untuk memilikinya,

Ku mohon kikis habislah rasa cintaku kepadanya.

Namun jika dia memang yang terbaik untukku

Dekatkanlah,

Tapi…

Kutahu, Engkau pasti memberi yang terbaik untuk hamba-hambamu”

Tak kuasa air mataku meleleh, membasahi pipiku. Terus terang dalam keheningan malam, aku sering menangis ketika membaca do’a itu. Kalo ada yang mengatakan lelaki yang suka menangis itu cengeng. Terus terang aku setuju, tapi kalo menangis ketika berdo’a, saat menangisi dosa, apa itu juga termasuk cengeng?

Aku terus terjaga hingga waktu subuh tiba, setelah subuh, kubuka buku kimiaku, kubuka bab senyawa dan campuran, lalu kuhafalkan rumus-rumus senyawa. Aneh, dalam pikiranku malah berandai-andai. “wah, seandainya cinta bisa dilarutkan dengan H2SO4 atau dimasukkan larutan NaCl.” Aku pun tertawa sendirian. Ide gila. Dasar?!

Wah tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sudah dua jam aku belajar. Segera kuambil handuk, lalu bergegas ke kamar mandi, sambi bersiul-siul untuk mengusir rasa dingin . Di dekat dapur aku berpapasan dengan ibuku tercinta.

“hari ini ndak ada ulangan to, kayaknya, lagi seneng-seneng”

“ada Bu, kimia”

“dah belajar?”

“sudah bu, barusan” jawabku cuek

ya udah, sana pergi mandi, nanti keburu bapakmu bangun”

nggih, bu”

Setelah sarapan, aku pun berangkat sekolah. Kukayuh sepedaku dengan semangat empat lima. Entah kenapa setiap berangkat sekolah hatiku selalu riang gembira. Ada angin sejuk yang memasuki rongga dadaku. Entah karena akan bertemu dengan ‘si dia’? Mungkin!

Ketika sampai di perempatan jalan kulihat banyak orang berkerumun. “ada apa sih?” kudekati kerumunan itu. kudengar orang-orang berbisik-bisik. “anak SMA Kusuma Bangsa” kata seseorang. “ha.. itu khan sekolahanku!?”. batinku semakin bertanya-tanya.

“astaga, pak cepat bawa ke rumah sakit pak itu, teman saya pak, cepet pak” teriakku gugup ketika mendapati seorang wanita ditengah kerumunan sedang tergolek lemas berlumuran darah. Wanita yang sangat kukenal. Ya.. dialah Sari, ‘mawarku’, wanita yang mengisi ruang-ruang hatiku. Tapi kenapa dia?

“ini teman mas?” Tanya seseorang

“iya.. iyaa.. pak, dia teman satu kelas saya”

“lebih baik sekarang mas panggil orang tuanya saja, dia sudah meninggal”

innalillahi wainnna ilaihi rojiun, ya.. Allah kenapa begitu cepat Kau panggil dia?

Dengan segera kuhubungi orang tuanya setelah itu aku tak sadarkankan diri.

* * *

Empat puluh hari setelah kematiannya, Nila datang mengantarkan sepucuk surat kepadaku.

“Ndre… ini surat terakhir yang ditulis Sari, sehari sebelum kepergiannya”

“benarkah?” jawabku tak percaya

“sungguh, sebenarnya dia hendak menyerahkannya sendiri kepadamu, namun dia malu”

Dengan tangan gemetar, kubaca baris demi baris surat itu.

Toex: Andre

Cinta ibarat bayang-bayang

Semakin kau kejar,

semakin cepat dia menghindar….

cinta ibarat merpati

Keindahannya akan hilang

jika kita kurung dalam sangkar

cinta mungkin akan menyakitimu dan membuatmu tersiksa

tapi percayalah, dibalik rasa sakit itu

ada kebahgiaan yang setia menunggu

cinta ibarat kupu-kupu

menggoda kita untuk menangkapnya

tapi ia akan lebih indah

jika kita biarkan ia hinggap di taman-taman bunga

tapi keindahan cinta

hanya dapat dirasakan

bagi mereka yang mencinta dengan penuh ketulusan.

Cinta akan bernoda

Jika nafsu telah menyilaukan mata

Jangan ragu-ragu untuk jatuh cinta

Tapi jangan terburu-buru untuk mencinta

Hingga kamu tahu siapakah dia?

Ndre entah kenapa seperti ada suara hati yang membisikiku untuk secepatnya menulis surat ini kepadaku. Dan ketika kau membaca suratku ini, aku tak ingin sikapmu kepadaku berubah. Tetaplah kamu menjadi Andre yang kukenal. Andre yang humoris tapi bijak. Andre yang tak bisa melihat kesedihan orang lain. Andre yang dengan semangat akan memberi bantuan tanpa diminta. Andre yang selalu masuk kelas kelas dengan tawanya yang khas. Andre yang selalu tersenyum kala berpapasan denganku.

Ndre… sebenarnya aku sampai saat ini belum pacaran atau menjalin hubungan dengan siapapun. Karena haiku telah terpaut pada seseorang, yakni dirimu. Tapi, terus terang, aku takut jatuh cinta, aku merasa SMA bukan saat yang tepat untuk menjalin “hubungan” antara seorang pria dan wanita atas nama cinta. Aku takut terjebak dalam cinta monyet yang diselubungi nafsu.

Ndre.. ketika Nila berkata kepadaku bahwa engkau masih mencintaiku, terus terang aku gembira. Tapi aku juga cemas, lalu aku menyuruh Nila berbohong kepadamu kalo aku sudah puya pacar dan memintamu untuk menjauhiku. Tapi sungguh Ndre.. semua itu kulakukan karena aku tak ingin mengotori perasaanku dengan nafsu dan keinginan-keinginan yang akan menambah deret panjang dosa-dosaku.

Maafkan aku Ndre… maaf atas semua khilafku

Jika Tuhan menghendaki, cinta kita akan abadi selamanya.

Pelan-pelan kulipat surat itu. Hatiku bergetar. Dadaku berdebar. Tapi pelan-pelan terluncur kata demi kata dari mulutku.

“Sari…aku mencintaimu hari ini, esok, lusa, selamanya”

Sunday, November 11, 2007

Pertolongan sebanding dengan Kebutuhan


إِنَّ الْمَعُوْنَةَ تَأْتِى مِنَ اللهِ لِلْعَبْدِ عَلَى قَدْرِ الْمَؤُوْنَةِ وَإِنََّ الصَّبْرَ يَأْتِى مِنَ اللهِ لِلْعَبْدِ عَلَى قَدْرِ الْمُصِِيْبَةِ

“Sesungguh pertolongan untuk hamba datang dari Alloh sesuai kadar biaya (kebutuhan) dan sesungguh kesabaran bagi hamba dating dari Alloh sesuai kadar bencana”[1]

Dengan jelas sekali sabda Rosululloh SAW ini meyakinkan kita semua akan jaminan Alloh SWT. Sungguh Dia Maha Pemberi Rizki Maha Penolong pasti menurunkan pertolongan dan menganugerahkan rizkiNya kepada hamba sesuai dengan kadar yang dibutuhkan. Imam al Munawi berkata, “Maksud hadits ini adalah jika seorang berkewajiban membiayai hidup orang – orang yang secara syara’ wajib ia biayai maka jika biaya itu sedikit maka Alloh juga memberi sedikit. Jika biaya itu banyak dan orang tersebut mau berusaha dengan keras pada jalur yang benar niscaya Alloh menurunkan anugerahNya dan memberinya rizqi dari jalan yang tidak tersangka sehingga ia mampu mencukupi kebutuhan orang – orang yang wajib ia hidupi. Hal ini dengan syarat bila orang tersebut mau memohon pertolongan kepada Alloh dengan sungguh – sungguh dan tulus. Pada saat itulah dia akan dikabulkan. Karena barang siapa yang harus mengeluarkan biaya dan ia memohon pertolongan kepada Alloh niscaya pertolongan Alloh pasti datang sesuai kebutuhan sehingga tak ada kata lemah baginya selamanya”

Sabda Rosululloh SAW selaku manusia yang paling bertaqwa di atas mendorong kita semua agar percaya penuh dengan kekuatan dan kekusaan Alloh, mengarahkan dan menyandarkan harapan dan permintaan hanya kepadaNya serta secara tersirat melarang melakukan tindakan mengirit biaya (Taqtiir) keluarga. Tidak semestinya seseorang khawatir miskin karena memiliki banyak anggota keluarga sebab Alloh pasti menolongnya. Tetapi sebaiknya dia berjuang dan bekerja maksimal dengan tetap bersandar kepada Alloh. Berangkat dari sinilah ketika sebagian murid datang mengeluhkan susahnya mencari nafkah maka sang guru lalu memerintahkan murid supaya menikah. Perintah ini membuat murid terheran, karena untuk mencukupi diri sendiri saja ia belum bisa, apalagi harus menghidupi isteri. Kendati demikian perintah sang guru tetap ia jalankan. Sesudah mempunyai isteri murid datang lagi dan mengeluhkan penghidupannya yang susah. Sang guru lalu memerintahkan agar murid bertempat di sebuah rumah, lalu membeli kendaraan dan mengambil pembantu. Setelah itu Alloh pun meluaskan rizkinya. Oleh sang guru, saran – saran yang diberikan kepada murid tak lain diilhami oleh hadits di atas. Sungguh Alloh telah berfirman kepada Nabi Dawud as:

يَا دَاوُدُ إِصْبِرْ عَلَى الْمَؤُوْنَةِ تَأْتِكَ الْمَعُوْنَةُ وَإِذَا رَأَيْتَ لِى طَالِبًا فَكُنْ لِى خَادِمًا

“Wahai Dawud, bersabarlah atas biaya (yang harus kamu tanggung) maka pertolongan pasti datang kepadamu. Dan jika kamu melihatKu menuntut maka jadilah pelayanKu”


[1] HR Turmudzi dalam “an Nawaadir”, Bazzar dalam “al Musnad”, Hakim dalam “al Kunaa Wal Alqoob” serta Thobaroni. Seluruhnya bersumber dari Abu Huroiroh radhiyallohuanhu.

Kehilangan Kontrol Diri


إٍذًا نًزًلً الْقَضَاءُ عَمِيَ الْبَصَرُ

“Jika kepastian turun maka mata menjadi buta” [1]

Ketika yang dipastikan (al Maqdhi) telah datang maka cahaya akal meredup dan tertutup sehingga sama sekali tidak bisa melihat manfaat yang harus dicari atau bahaya yang semestinya harus dihindari. Kendati akal itu masih ada tetapi Hijab kekuasaanNya telah menutup. Betapa banyak orang yang berjalan menuju kehancuran meski dia melihat kehancuran itu. Berapa banyak orang yang melepaskan begitu saja kebaikan dunia dan akhirat yang sudah terpampang di hadapannya. “Dan kamu melihat mereka sedang mengarahkan pandangan kepadamu padahal mereka tidak melihat (apa – apa)” QS al A’roof: 198. Dari sini bisa dimengerti bahwa manusia tidak memliki kemampuan memberi manfaat bagi dirinya atau menolak bahaya dari dirinya dan sesunggunya kepastian dan keputusanNya tidak bisa ditolak ataupun digugat.

Ibnu Abbas ra menerangkan bahwa: “ Nabi Sulaiman as singgah di suatu tempat yang kebetulan di situ tidak ada air. Karena itu Beliau hendak menggali sumur, akan tetapi Beliau tidak mengetahui di mana harus menggali dan berapa kedalaman yang harus digali. Untuk itu Beliau memanggil burung Hud – hud untuk meminta tolong. Sebab burung Hud hud memiliki keistimewaan mengetahui letak sumber air di dalam tanah”. Mendengar penjelasan ini seorang bernama Nafi’ bin Azruq membantah, “Bagaimana bisa anda mengatakan seperti itu, padahal burung Hud hud dengan mudahnya masuk ke dalam perangkap?” protes ini ditanggapi oleh Ibnu Abbas ra, “Andai tidak khawatir orang ini berkata begini begitu di sembarang tempat maka sama sekali aku tak menggubris ucapannya! Sungguh penglihatan (Bashor) itu bermanfaat selama kepastian (Qodar) belum datang. Ketika Qodar datang maka ia menjadi penghalang Bashor”. Menyesal dengan bantahannya, Nafi’ berkata, “Sesudah ini saya tak pernah akan membantah anda”

Disebutkan dalam syair yang artinya:

Jika Alloh berkehendak sesuatu atas seseorang, meski dia orang berakal, cerdik dan pandai, maka qodar Alloh pasti datang, ia akan menjadi bodoh dan buta. Akalnya terlepas seperti rambut tercabut hingga ketika qodarNya selesai bicara maka akalnya kembali dan mengambil pelajaran

Syair ini merupakan kandungan dari sabda Rosululloh SAW:

إِذَا أَرَادَ اللهُ إِنْفَاذَ قَضَائِهِ وَقَدَرِهِ سَلَبَ ذَوِى الْعُقُوْلِ عُقُوْلَهُمْ حَتَّى يَنْفُذَ فِيْهِمْ قَضَاؤُهُ وَقَدَرُهُ فَإِذَا قَضَى أَمْرَهُ رَدَّ إِلَيْهِمْ عُقُوْلَهُمْ وَوَقَعَتِ النَّدَامَةُ

“Apabila Alloh menghendaki melaksanakan qodarNya maka Dia melepas akal orang yang berakal sehingga sesudah qodarNya terlaksana Dia Mengembalikan lagi akal mereka dan terjadilah penyesalan” HR Turmudzi.



[1] HR Hakim dari Ibnu Abbas ra

Kejujuran memastikan keberuntungan


أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ

“Dia pasti beruntung jika memang dia jujur” [1]

Tholhah bin Ubaidillah berkata: Seorang lelaki dari Nejd dengan keadaan rambut awut – awutan datang mendekat dan bertanya tentang Islam. Rosululloh SAW menjawab, “Sholat lima waktu dalam sehari semalam” lelaki itu bertanya, “Adakah lagi yang wajib atasku?” Nabi SAW menjawab, “Tidak, kecuali kalau kamu melakukan kesunahan. Dan puasa Romadhon” “Ada lagi yang wajib atasku?” Nabi SAW menjawab, “Tidak, kecuali kalau kamu melakukan kesunahan” lelaki itupun pergi setelah sebelumnya berkata, “Demi Alloh aku tak akan menambah juga tak akan mengurangi” mendengar ini Nabi SAW bersabda, “Dia pasti beruntung kalau memang dia jujur”. Dalam riwayat lain Nabi SAW bersabda yang artinya, “Jika dia jujur maka dia pasti masuk surga” HR Muslim.

Sungguh ini termasuk salah satu dari Jawami’ul Kalim Rosululloh SAW. Dengan bahasa sangat singkat Beliau SAW memberikan arahan bahwa kejujuran pasti berdampak pada keberuntungan. Marilah kita simak kisah – kisah berikut ini:

1) Jujur, jalan selamat. Seorang datang kepada Ali al Khowash memohon perlindungan dari kejaran musuh – musuhnya. Ali segera memerintahkan supaya orang tersebut berbaring pada suatu tempat dan menutupinya dengan sebongkok daun kurma. Ketika musuh – musuh yang dinantikan datang dan bertanya di mana orang itu maka Syekh Ali menjawab dengan jujur, “Itu di bawah daun kurma” merasa jawaban ini tidak sungguhan dan terkesan melecehkan maka musuh – musuh itu segera pergi dan orang itupun selamat.

2) Jujur, harga keberuntungan. Ketika itu kholifah Umar ra kehausan dan datang kepada seorang wanita tua meminta air putih. Wanita itu mengaku tidak mempunyai air putih. Umar ra lalu meminta susu. Dan lagi wanita itu mengaku juga tidam memiliki susu. Akhirnya seorang gadis datang dan menegur si wanita tua, “Apakah engkau tidak malu” lalu gadis ini berkata kepada Umar, “Dalam kantong kulit (Saqo’) ini ada susu”. Setelah minum, Umar ra bertanya siapa gadis itu dan ternyata ayahnya seorang yang cerdas. Oleh Umar ra gadis itu kemudian dilamar untuk dijodohkan dengan Ashim bin Umar ra. Akhirnya dari pernikahan itu lahirlah anak perempuan bernama Ummu Ashim yang kemudian menikah dengan Abdul Aziz dan dari perkawinan ini lahirlah kholifah adil Umar bin Abdul Aziz.

Kejujuran membawa keberuntungan karena kejujuran mampu membimbing manusia untuk selalu berbuat kebaikan (al Birr) dan tentu saja balasan kebaikan adalah keberuntungan. Sebaliknya ketika lisan seseorang tidak lurus maka prilaku anggota tubuh lain pun tidak lurus dan saat itulah kecelakaan menanti kelak di kemudian hari. Nabi SAW bersabda:

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ اْلأَعْضَاءَ كُلَّهَا تَسْتَكْفِى اللِّسَانَ فَتَقُوْلُ : إِتَّقِ اللهَ فِيْنَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ إِنِ اسْتَقَمْتَ إِسْتَقَمْـنَا وَإِنِ اعْوَجَجْتَ إِعْوَجَجَـنَا

“Ketika anak Adam memasuki pagi hari maka seluruh anggota tubuh memperingatkan lisan, “takutlah kepada Alloh dalam urusan kami. Sebab kami terserah kamu; jika kamu lurus maka kamipun lurus dan jika kamu bengkok maka kamipun bengkok” (HR Turmudzi dari Abu Said al Khudri)

(dari kajian di Nurul Haromain oleh Abina Ihya' Ulumiddin)

[1] HR Bukhori Muslim.